Rumah Mungil Idolaku

Setiap lewat daerah perumahan elit atau nonton TV yang nampilin rumah-rumah luas dan besar, gue pasti bilang ke hubby begini “Ih aku nggak mau deh punya rumah kayak gitu. Nanti kalo pembantu mudik, capek banget euy nyapunya.”

Dan suami gue pun selalu bilang, gue nggak punya mental jadi orang kaya. Lah kalo mampu punya rumah segede gitu, tentu aja mampu meng-hire puluhan orang sebagai staf rumah tangga, atau infalan saat musim mudik tiba.

Kayak Mas AS sang promotor andal itulah. Dulu gue sering ke rumahnya untuk pengajian atau kumpul-kumpul. Dan sebagai orang yang dodol, pas lagi mau Lebaran, gue iseng tanya-tanya soal staf rumtangnya. Percakapan kita kayak gini:

Gue: Mas, nanti Lebaran repot nggak kalo staf rumah pada mudik?

Mas AS: Nggak juga sih, Ra. Kan nggak semuanya pada mudik.

Gue: Hoooo.. Kirain mudik semua, hehehe.. (malu). Btw emang ada berapa sih mas stafnya?

Mas AS: Yang kerja di sini sekitar 25 orang lah. Jadi pas Lebaran biasanya yang gak mudik ada 10 orangan.

Gue: (puyeng bayangin bayar gajinya).

Anyway, it’s so obvious dong ya berarti tujuan gue dari dulu saat punya rumah ya yang simple, nggak usah gede-gede banget dan minimalis. Artinya, gue nggak demen banget deh sama rumah yang massive lengkap dengan ukiran dan pilar-pilar segede gaban. Kembali pada pemikiran innocent gue, gue pusing bayangin membersihkan itu ukiran dan pilar-pilar kalo ART pada mudik, hihihi.. Eh jangan sangka pemikiran ini aneh ya. Dulu temen kuliah gue pernah cerita, tiap musim Lebaran pasti tugasnya dia ngosrek kolam renang gara-gara tukang kebunnya mudik. Amsiong banget yeee 😆

Nggak heran pas punya rumah sendiri, gue pun pake pakem tadi untuk membangunnya. Lagian emang belum mampu juga sih beli rumah di atas tanah satu hektare. Sesuai kemampuan kantong aja lah cyin. Nah, punya rumah mungil gini tentunya harus pintar-pintar ngakalin supaya terasa lapang. Makanya gue doyan banget buka-buka majalah interior design maupun arsitektur dan baca rubrik arsitektur di majalah.

Beberapa minggu lalu, gue dapet undangan dari Warna Impian atawa @warnapedia untuk datang ke Meet and Greet with Warna Impian Expert Corner dengan tema Smart Solutions for Small Spaces, hari Sabtu (29/9). Wah langsung nepsong deh buat hadir karena yang jadi pembicara arsitek Ary Indra dan dua ahli feng shui Bunda Fira dan Oom Lurry. Karena kebetulan Sabtu itu gue ngantor, terpaksa setelah selesai deadline, gue langsung ngacir ke lokasi acara di Hong Kong Café, Jakarta.

Untunglah gue ternyata belum telat-telat amat. Pas gue datang, para peserta lagi asik nonton video tentang sejarah Jotun. Banyak juga ternyata temen-temen sesama blogger banyak yang hadir. Jadi deh gue duduk di bangku kosong sebelah @ameleea, di belakang @darina_danil, @ini_dhita, @indahkurniawaty dan di depan @petitepoppies.

Sesi pertama muncul Mas Ary. Gaya bicaranya santai dan asik, jadi bikin suasana rileks. Menurut Mas Ary, nyari rumah itu = nyari jodoh. Soalnya, rumah itu buat dia haruslah yang dekat di hati kita. Intinya, a house is not always a home. Mas Ary juga bilang, nggak semua rumah-rumah kece di majalah desain itu homey, nyaman dan dekat di hati pemiliknya lho. Intinya, menurut Mas Ary, kriteria rumah yang baik itu adalah P-A-S, yaitu Peka, Adaptif dan Sehat. Penjabarannya kayak gini ya:

-Rumah yang Fleksibel

Artinya, bisa beradaptasi dengan kebutuhan kita. Untuk rumah kecil, yang penting adalah bikin rumah yang mampu bermetamorfosa menjadi ruang-ruang yang dibutuhkan. Sehingga masih ada sisa ruang untuk dijadikan halaman.

Di sini, Mas Ary kasih liat beberapa rumah yang dia rancang dengan konsep rumah fleksibel itu. Semua selera gue banget deh. Soalnya gue selalu suka dengan konsep rumah yang bisa kayak topi pesulap, banyak kejutan dan ruang tersembunyi di dalamnya gitu 🙂

*salah satu rumah desainnya Mas Ary. Liat depannya aja gue udah jatuh cintrong*

>Warna

Menurut Mas Ary, rumah yang warnanya monokrom itu tidak menarik, apalagi kalo putih. Wah gue langsung meringis, secara rumah eikeh macam rumah sakit ya cyin. Dia juga menolak pakem yang bilang kalo rumah dicat warna-warni akan bikin sumpek. Menurutnya, asal dipadu-padankan dengan baik, hasilnya akan indah dan menarik.

>Tekstur

Tekstur di rumah juga jadi another plus point untuk bikin rumah itu nyaman. Pasalnya, tekstur akan membuat mata peka karena terekspos pada berbagai hal yang tidak monoton. Yang dimaksud tekstur itu bisa jadi tembok yang sengaja nggak dihaluskan, atau dibiarkan batanya keliatan. Lantai yang tidak dikeramik, atau bisa juga menggunakan material yang tidak biasa.

-Rumah yang ‘kaya’

Artinya, rumah ini bisa dieksplorasi oleh para penghuninya. Mas Ary kasih contoh beberapa rumah yang dia pernah desain. Yang pertama adalah rumah ukuran 200 meter, terdiri atas dua lantai, yang punya banyak ruangan dan tantangan di dalamnya, sehingga tiga orang anak pemiliknya bisa bebas bermain dan bereksplorasi.

Rumah lainnya juga lucu-lucu. Ada yang dikasih tangga tempel asimetris, atau punya perosotan permanen yang menghubungkan lantai 2 dengan lantai 1. Asli deh, bikin gue dan peserta lain yang sesama emak-emak nganga saking terkagum-kagumnya.

*rumah idola gue banget, di dalamnya banyak ruang yang bisa dieksplor anak jadi fungsinya mirip playground*

Selain itu, Mas Ary juga kasih ide tentang tangga tanpa railing. Awalnya, dia cuma mikir segi estetika aja. Tangga pake railing itu kurang kece lah, meski terlihat bahaya. Ternyata setelah diteliti, tangga tanpa railing ini membangun sense of safety pada anak. Bahkan di Jepang ada sebuah TK yang lokasinya di atas bangunan. Untuk naik ke lokasi, siswa-siswanya harus naik tangga tanpa railing. Dengan begitu, pihak sekolah ingin membentuk muridnya untuk menjadi anak-anak yang lebih peka terhadap keselamatan diri sendiri dan teman-temannya.

*tangga tanpa railing yang bikin emak-emak deg-deg plas*

-Rumah yang fungsional

Di sini Mas Ary ngebahas soal fungsi rumah sebagai tempat tinggal dan tempat penyimpanan. Yang banyak disentil ibu-ibu, secara kita yang doyan nyimpen macem-macem barang yang ujung-ujungnya jadi sampah, hihihi… Selain itu, Mas Ary juga kasih contoh beberapa alternatif penyimpanan untuk rumah kecil. Misalnya, anak tangga sebagai lemari sepatu, plafon sebagai gudang, dll. Menarik banget deh!

Setelah sesi Mas Ary kelar, giliran Bunda Fira dan Oom Lurry yang tampil. Ini adalah kedua kalinya gue ketemu mereka. Pertama kali dulu ketemu di acara Seminar Feng Shui yang digelar Warna Impian juga dan pernah gue bahas dua kali di sini dan di situ. Tapi ya tetep aja menarik karena selalu ada ilmu baru yang dishare sama mereka.

Salah satunya adalah urusan dapur dan kompor. Gue baru tau kalo posisi dapur tidak boleh di Barat Laut dan Barat daya. Kenapa? Karena menurut feng shui, Barat Laut adalah posisi bapak. Kalo dapur ada di sini, laki-laki di rumah itu nggak akan produktif.

Sementara posisi Barat Daya adalah posisi ibu. Jadi kalo posisi dapur di sini, kaum wanita lah yang akan jadi lemah.

Terus ya, sekece apapun dapur yang pake island kayak di film, ternyata itu forbidden sodara-sodara. Apalagi kalo kompornya ada di island itu. Hiikss..

Oh ya yang penting juga adalah posisi kompor. Kompor itu harus di pinggir, jangan diapit atau berhadapan dengan dua unsur air yaitu dishwasher/tempat cucian piring dan lemari es. Jauhkan juga kompor dengan kedua hal itu supaya nggak bring bad luck. Trus yang harus diperhatikan juga adalah arah hadap kompor. Arahkan kenop kompor ke hadap baik penghuni rumah. Untuk hadap baik ini, kudu dihitung angka Kua-nya. Pernah gue bahas di postingan terdahulu ya.

Bunda Fira dan Oom juga sempet ngebahas beberapa feng shui lain yang penting untuk rumah, yaitu pintu utama, ruang makan, ruang keluarga dan ruang tidur. Gue sempet motret beberapa gambar di presentasi mereka, kayak di bawah ini:

Saat sesi Q&A, gue sempet konsul ke Mas Ary tentang rumah gue. FYI, rumah gue itu kayak sepotong kue, sempit tapi manjang ke belakang. Ukurannya aja 7,5×25 m, dengan 1,5 lantai. Memanjang gitu cyin. Trus rumah gue menghadap Barat dan di depan rumah pas ada lapangan bola. Selain itu, di rumah banyak furniture berat-berat warisan mertua. Gue nanya, gimana supaya rumah tetap terlihat lapang, terang dan nyaman, tanpa harus ngebongkar atau renov banyak.

Mas Ary bilang, sebenernya kebutuhan keluarga gue harusnya sih kamar 2 plus kamar ART aja cukup. Saat ini, kamar di rumah ada 3 plus kamar ART. Kamar yang nggak kepake jadi playroom Nadira plus semi gudang buat naro koper, sepatu, dll.

Saran Mas Ary, playroom itu dibikin transparan, jadi bisa dilihat dari luar. Intinya sih, tembok di dalam rumah harus dikurangi. Ini penting banget buat rumah-rumah mungil kayak rumah akika.

Untuk furniture, dia menyarankan supaya dipilih yang benar-benar kepake supaya rumah lebih lapang. Sedangkan untuk masalah daun kering dan debu yang suka nyampah di halaman rumah, Mas Ary menyarankan supaya gue menanam pohon sebagai penyaring itu semua. Oh ya, kalo rumahnya bau atau dekat dengan sumber baru, bisa lho dikurangi dengan nanem pohon lavender atau kayu putih.

Alhamdulillah ya, kiatnya Mas Ary untuk diriku gak susah-susah amat. Seenggaknya nggak harus jual kompor kayak @ini_dhita untuk menghindari poligami, hihihihi….

37 thoughts on “Rumah Mungil Idolaku

  1. Kalau diliat2, buat rumahmu cat warna butternut pas buat ruang tamu, lalu buat ruang keluarga pakai lemondrop atau kuning super lembut. untuk kamar bisa pakai putih atau peach yang paling muda (enaknya campur sendiri di gerai2 cat kayak depo bangunan kalimalang itu). itu bikin kamar serasa sejuk dan ingin istirahat. buat kamar Nadira mungkin pakai soft pink *jangan yang ngojreng ya. hahaha. panas keliatannya* atau lime green. Bisa juga pakai 2 warna yang berbeda seperti pink dan kuning muda biar cerah atau malah dilukisi (kebanyakan liat katalog IKEA nih gue)

    • Makasih ya Mbak Ki sarannya. Gue jadi kebayang rumah gue adem-adem ala katalog IKEA gitu deh. Apalagi dirimu kan pernah ke rumah eikeh, jadi kira-kira cucok ya dengan warna tadi?

      Btw supaya lebih mirip katalog IKEA, kudu beli perabot baru juga kali ye? *dikepret suami :P*

    • Hahaha.. Kemarin juga sempet ada yang nanya “kalo apartemen gimana?” Iya gue juga mikir, kalo semua-mua di apartemen diatur kayak feng shui, yang ada susah gerak kali ya neik 😀

  2. hahahaha sama dg Erlia, aku juga terima nasib, bukan krn tinggal di apartemen, tapi karena emang bikin rumahnya tanpa memperhitungkan feng shui (yah gimana bok, aku gak ngerti dan gak terlalu peduli sama feng shui). komporku ada di island hihihi. lagian susah juga mau nurutin semua feng shui, soalnya aturan fengshui mengenai dapur tuh banyak bgt, misal gak boleh nempel ama kamar mandi, kamar tidur, gak boleh ada lubang di atap dapurnya (lah trus asapnya lari kemana dan cooker hoodnya mau buang asap kemana kalo ga ada lubang di atap). jadi yang dipercaya yg baik2nya aja, lagipula kalo dipikir hampir semua orang italy punya island di dapurnya karena kalo gak, dimana mau bikin pasta. aku lebih percaya ke rumah itu harus sesuai dengan kebutuhan penghuninya.

    • Nah setuju sama omonganlo, Nov. Yang dipercaya yang baik-baik aja dan disesuaikan dengan kebutuhan penghuninya. Kalo rumahnya sempit atau macam apartemen, kan bingung ya ngaturnya sesuai feng shui?

      On the other hand, kalo gue perhatiin, dipikir-pikir pake logika feng shui ada benernya juga. Kayak kulkas gak boleh sebelah/depan kompor karena kalo kulkas dekat sumber panas, fungsi pendinginannya bisa gak optimal. Tapi untuk urusan kompor 2 jadi bahaya poligami, gue ngerasa agak aneh, hihihi..

      • Dear mb ira.. Salam kenal.. Aku suka bgt pdhl dgn island kitchen gt.. Btw aku pngn tau bgt donk alesan dapur pake island itu forbidden knp sih? Trs aku bingung yg dimaksud ga boleh punya kompor 2 itu gmn sih mb? Klo punya kompor tanem modena wlpn cuman 1 biji (bukan 1 tungku ya) boleh atw ga sih? Really need reply mb.. Aku lg bangun rumah soalnya.. Matur suwun haturnuhun mb ira.. 🙂

  3. Gw jadi inget soal kasus meja makan sama mertoku, Ra.
    Awas jangan sampe mertoku ngeliat meja makan loe, kursinya berkurang dari (delapan ye) jadi empat kursi doang.
    Ntar bisa-bisa Mas Adi disodorin kompor tanem Modena satu lagi di rumah loe.
    Wakakakak

    • Bwahahaha.. Eh koq lo tau sih MIL gue punya kompor Modena? Gue udah ngarep-ngarep lho tadinya dikasih kompor itu. Tapi gara-gara urusan poligami ini jadi mendingan gak usah deh 😀

  4. Mba…ak disaranin sama sodara sesepuh bapakku, kalo kompor,pintu,toilet,tempat tidur jangan ngadep ke arah barat…katanya sih karena barat itu arah kiblat jadi ga bagus..gatau jg deh,hehe..dah gitu ak jg baru kpr rumah si, amat sangat mungillll…tapi ak n suami komitmen mskipun ga ada halaman yg luas,tetep mau nanem puun (puun buah, puun rempah2)dalam bentuk pot supaya segerrr…btw, pernah baca juga, kalo ada space tanah, mending tanem pohon bambu kuning…diluar urusan mistis memistis yak, puun bambu kuning itu mampu memberikan cadangan air tanah..jadi kalo pas musim kemarau, cadangan air kita masih berlimpah berkat si puun bambu ituh…

    • Nah pas ngebangun rumah juga tukangnya sempet nanya “Pak ini toiletnya ada di sebelah Barat gpp?” Gue dan hubby bingung, emang kenapa? Ternyata ada beberapa orang yang bilang kalo toilet gak boleh di Barat. Ya gue dan hubby sih gak mikir ke situ. Kita mentingin practicality-nya aja, secara rumah sempit yee 😀

      Pohon bambu kuning bagus ya buat nahan air tanah? Tapi kalo denger-denger, dia serem banget Mak. Takut gue 😛

    • Iya bener, kompor vs air dan kulkas tetep bisa diterapin di apartemen karena IMHO juga sesuai sama logika kan Mak. Kulkas gak boleh deketan sama sumber panas supaya kerjanya optimal 🙂

  5. tosss Ra, gw juga gak kepengen punya rumah geday, apalagi rumah berpilar tinggi tinggi gitu! hiiy.. enak punya rumah mungil, tapi halaman luas dan banyak pohon biar adem!

    Gw dulu ngimpi banget pengen punya rumah pohon.. Sebenernya di rumah nyokap ada tuh pohon mangga gede..bisalah buat dibikin rumah pohnon,.. tp gak kejadian juga tuh dibikinin rumah pohon sama tukang kebun bokap, padahal dah dijanjiin bakal dibikinin! Sampe gw kewong dan beranak pinak (halah anak cuman satu ajah), gak jadi juga tuh rumah pohon. dan akhirnya pohon mangga nya ditebang deh sama bokap! huhuhuhu

    • Ih sama banget idaman kita Mel. Gue mah rumah kecil gpp yang penting halamannya luas jadi enak main-mainnya. Gak pake repot ngepel pula 😀

      Rumah pohon? Seru tuh ya pasti buat anak-anak jadi bisa berkhayal dan sok-sok berpetualang gitu 🙂

  6. Kl menurut fengshui di atas, di rumah saya yang belum pas posisi tempat tidur nih, lha gimane kamarnya mungil hehehe. Thanks sharingnya mbak, apalagi ada foto2 nya 🙂

  7. rumah itu…idamaaann gue juga raaa…tp tangga nya bikin mules *emak emak abessshh yak* gue seneng rumah modek ke gitu…luas dan terang…intinya sih gue suka rumah yg terang…gak suka yg temaram *isshh kayak apaan aja* 😀 eh truuuss pintu masuk rumah yang bagus musti gimana dong?

    • Iya, rumah kan emang enakan yang terang dan banyak bukaannya, jadi irit listrik dan AC bok *tetep emak-emak bener*

      Pintu rumah yang bagus itu yang gak langsung loss ke jalanan, agak belok dikit. Trus gak dihalangi pohon besar gitu deh. Puyeng yak 😛

  8. maunya rumah yang cukupan deh. dan tetep, harus ada halaman biar ga sumpek. warna warni okeh, asal ga nyakitin mata ajah he he he. daaan sangat sangat pengen punya rumah yang ada library plus craft room sekalian *ngarep*

  9. sini ra tak lihat denah+foto2nya kali bisa gue bantu saran hahaha *gatel ngoprek* sarannya mas Ary bener tuh,rumah mungil usahain banyak open space/minimalisir partisi,dan jangan banyak barang,makanya bagusnya lemari2 built in supaya lebih efisien pakai ruang antara lantai,dinding dan ceiling.Trus soal warna etc,intinya sih lo tetapin aja konsep interior lo dulu secara general mau kaya apa,apa mau tema modern tropis,minimalis,etnik tradisional trus kesan yang mau ditamplin dari rumah lo apa..misal cozy,artsy,simple,elegan..etc,ntar dari situ bisa dijabarin ke warna,tekstur dan model furniture,dijamin kalo dari awal bikin konsep mau apapun gayanya keliatannya “rapi” dan harmonis hehehe

    • Serius nih Ti? Ntar gue email yaa… *semangat 45*

      Kalo konsep sih gue maunya cozy and simple, secara gue kagak ada tipe artsy dan elegan samsek, hahhaa.. Tapi palingan kalo disodorin ke hubby, dia maunya elegan deh, zzzz… Makasih ya Ti sarannya :*

  10. Hiks..Ngimpii ! 😦 Rumahnya cakep2 amat ya di slide show itu. Aku mah nrimo lah, tinggal di apartemen 90m2 yang dibangun dari taun awal 70an. Kecil tp asik, dihuni sama 2 manusia dan 2 kucing. Boro2 feng shui sofa muat udah alhamdulillah. Secara disini perumahan tuh susah, social housing banyak. Mbangun rumah ndiri? Wadaw, ga kebayang mahal nya. Ya aloohh turunkan lah rejeki ke Hamba Mu ini supaya dapet lotre dan bs pny rumah sendiri (bs nyicil hipotik mksd nyaa) AMIN.

  11. Pingback: Andai Aku Jadi Orang Kaya | The Sun is Getting High, We're Moving on

Leave a comment