Nulis postingan ini gara-gara seorang teman yang cerita tentang kakaknya. Jadi, si kakak ini, sebut aja namanya Mbak Rosa, masih single meski udah berusia late 40s. Dulu dia pernah punya pacar serius, tapi si pacar meninggal karena kecelakaan. Jadi deh Mbak Rosa males menjalin hubungan lagi sampe sekarang.
Nah, baru-baru ini, tiba-tiba Mbak Rosa di-pedekate-in sama teman keluarganya. Sebut aja namanya uhhmm Mas Dono ya. Mas Dono ini berumur 60-an, dan istrinya meninggal 3 tahun lalu. Dia ngerasa kesepian karena anak-anaknya udah berkeluarga. Dia sendiri udah pensiun, meski masih kerja juga jadi konsultan. Jadi ceritanya butuh teman untuk tua bersama gitu.
Pihak keluarga Mbak Rosa, termasuk temen gue, mendukung banget usaha pedekate ini. Apalagi Mas Dono meski udah pensiun, tapi masih berpengaruh dan bisnisnya lumayan sukses. Jadi secara finansial, oke lah ya. Mbak Rosa juga tampak tertarik. Sekarang tinggal nunggu perkembangannya aja nih, bakal jadi atau nggak 🙂
Denger cerita temen gue, gue jadi liat aspek lain. Dari pengalaman sodara-sodara, teman atau orang-orang yang gue kenal, gue lihat wanita lajang (either single/divorced) yang berusia matang hampir selalu dijodoh-jodohkan dengan pria berusia matang juga, yang rata-rata udah pernah nikah. Kalo wanita-wanita tersebut hook up sama cowok-cowok lajang yang berusia di bawah mereka, pasti dituduh macem-macem. Contoh: R4ff1 dan Yun1, yang jadi celaan dimana-mana.
On the other hand, banyak banget pria-pria lajang (either single/divorced) yang bisa dengan mudah mendapatkan cewek-cewek ABG tingting (tanpa Ayu) dan berusia separuh mereka, dan masyarakat gak akan menganggap itu sebuah skandal. This, for me, is so unfair. Gak suka aja gue kalo perempuan dilarang ini itu cuma atas nama kepatutan, sementara laki-laki gak masalah.

Continue reading →