Seperti yang gue cerita dulu, gue kan udah resign nih per Agustus 2021 lalu. Salah satu hak yang gue dapatkan setelah resign adalah dana Jaminan Hari Tua (JHT) di BPJS Tenaga Kerja. Dana ini merupakan akumulasi iuran yang dipotong dari gaji gue setiap bulan plus iuran yang dibayar perusahaan tempat gue kerja dulu. Jumlahnya sesuai dengan besaran gaji masing-masing yang dilaporkan ke BPJS. Pake persentase gitu lah.
Dana JHT bisa kita ambil setelah resign atau kena PHK. Temen-temen gue sih rata-rata begitu resign atau kena PHK pada ambil JHT-nya. Kalo gue, tadinya mikir, “ah entar-entar aja lah. Kan tujuannya untuk hari tua, lumayan untuk nambah-nambah dana pensiun.” Apalagi, selama dikelola BPJS, dana JHT itu dikembangin juga dengan diinvestasikan di obligasi, surat utang, dll, gak diem doang. Jadi, jumlahnya nambah terus tiap tahun.
Nah, beberapa minggu lalu tiba-tiba heboh kabar bahwa pemerintah mengeluarkan aturan bahwa JHT baru bisa dicairkan setelah umur 56 tahun. Aturan ini berlaku mulai bulan Mei besok. Wakwaaaww… Gue langsung kaget ugha nih. Kalo denger alasannya sih sebenernya bagus ya. Aturan ini bertujuan untuk membantu para pekerja mempersiapkan dana pensiun mereka. Soale di Indonesia, ngumpulin dana pensiun sejak jauh-jauh hari itu belum jadi kebiasaan. Alhasil di masa tua, banyak yang nasibnya terkatung-katung.
Tapiii… Mengingat kasus korupsi Asabri, Jiwasraya, dan Bumiputera yang ujung-ujungnya merugikan nasabah, gue jadi khawatir dana JHT gue nanti tiba-tiba lenyap tak berbekas. Lah horor kan š¦
Continue reading