Anak Tunggal? I’m Not Sure Now…

Have I mentioned that I’m an indecisive person? No? Oh well, I say it now. Yup, I am indecisive. And from what I read on this ZodiacSign’s twitter, it turns out, being indecisive is one of Aquarius people traits. They need quite a long time to decide something because they don’t want to cause any harm to anyone.  Here’s the exact twit:

Aquarius personality is aware that any action they take has a bearing on the greater environment.

Remember my last blog here? Di situ, kesannya pan eikeh udin malaysia banget untuk nambah anak ya. Nah, tadi pagi gue ngobrol-ngobrol sama seorang temen tentang seorang sepupunya, let’s call him A, yang punya anak tunggal, cewek.

A dan istrinya, let’s call her B, tentu saja sayaang banget sama anak mereka, let’s call her C. Maklum, anak satu-satunya gitu lho. Segala daya upaya mereka kerahkan supaya si C tumbuh jadi anak yang sehat, pintar, berbakti dan tidak terjerumus pergaulan yang aneh-aneh. Mereka berupaya memberikan kebebasan si anak, tapi tetap dikontrol.

Si anak diantar jemput oleh supir setiap hari. Mau ke mal/cafe? A dan B siap sedia mengantar dan menemani. Si C ketemu teman-temannya di cafe anu, A dan B nongkrong di tempat yang berbeda. Yang penting pergi dan pulang bareng. Mau main ke rumah teman? A dan B membujuk C untuk mengumpulkan teman-temannya di rumah, semua makanan dan minuman disediakan. Dengan metode semacam ini, mereka percaya, buah hati mereka akan bisa dijaga sebaik-baiknya.

Tapi apa daya, saat si C masuk perguruan tinggi, meski masih dididik dengan metode yang sama, A dan B kecolongan. C hamil di luar nikah saat masih berusia 20 tahun. Patah hati? Sudah pasti. Tak bisa disangkal, A dan B sama-sama merasa gagal sebagai orangtua. Untunglah, kekasih C dan orangtuanya mau bertanggung jawab. Tidak seperti seorang teman gue yang ditinggal kekasihnya saat hamil 5 bulan. Jadilah C dinikahkan dan tetap melanjutkan kuliahnya.

Pas denger cerita itu, gue lumayan bengong kayak orang bloon. Aseli, di awal cerita, gue udah bawaannya mau nyatet semua metode pendidikan yang diterapkan pasangan A dan B. Ternyata eh ternyataa.. 😦

Dari situ gue jadi mikir, susah banget ya mendidik anak secara baik dan benar. Dan terus terang, gue jadi tambah kagum sama emak bapak gue yang berani memberikan kebebasan penuh kepada anak-anaknya dan Alhamdulillah, kami berdua nggak jadi anak yang aneh-aneh (emang gila sedikit sih tapi nggak aneh koq :-P).

Hal lain yang tiba-tiba ‘hinggap’ di kepala gue adalah, ngeri juga ya kalo punya anak cuma satu. Seperti kata emak gue “Anak satu itu, kalo jadi, ya jadi ‘orang’ bener. Tapi kalo blangsak, ya blangsak banget. Mending punya anak dua deh. Kalo yang satu blangsak, masih ada harapan ke satunya.” Berasa pemain cadangan banget yak?  Hehehe..

Nah terus terang, gara-gara cerita temen gue tadi, gue jadi mikir-mikir untuk kasih adik untuk Nadira. Well, maybe not now, maybe sometimes in the future lah. Tapi nggak tahu juga sih, secara eikeh indecisive begini. We’ll see aja kali ye, terutama setelah IUD gue expired 5 tahun dari sekarang 😀