Buku, Jendela Dunia dan Rumah Pintar

Tiap hari gue kan kerjaan gue adalah membaca dan mengedit tulisan-tulisan tentang pendidikan, kesehatan, lingkungan dan sejenisnya ya. Nah yang sering bikin gue miris adalah berita-berita tentang tingkat literasi Indonesia yang masih rendah.

Bayangin aja, berdasarkan penelitian Central Connecticut State University tentang Most Literate Nations in the World tahun 2016, Indonesia ada di posisi 60 dari 61 negara. Dalam hal literasi, Indonesia hanya satu tingkat lebih baik dari Republik Botswana, sebuah negara di Afrika!

Jleebbb! Sedih banget gak sih? Padahal menurut gue, aktivitas membaca itu adalah jendela untuk melihat dunia dengan lebih luas lho. Dengan membaca, kita jadi bisa tau tentang beragam pengetahuan, ilmu bahkan hal-hal yang gak penting tapi menarik. Itu oke banget untuk memperkaya otak.

Sayangnya sekarang gue perhatiin, semakin canggih teknologi, banyak yang justru semakin malas baca atau mencari tahu tentang suatu hal. Mereka cenderung lebih seneng nonton video atau liat-liat foto di medsos, trus langsung main percaya aja bahwa yang disajikan itu adalah fakta 100% akurat. No wonder kabar hoax jadi gampang kesebar karena orang malas membaca sebuah artikel dengan cermat. Cuma baca judulnya, ke-trigger trus sibuk sebar sana-sini.

Atau, pas buka medsos, tetep aja maunya disuapin dengan nanya info ini itu. Padahal, udah jelas-jelas ditulis secara lengkap di caption oleh si pemilik foto. Tinggal baca doang padahal, hiks 😥

Untuk menghindari hal itu, gue berusaha banget menumbuhkan minat baca pada Nadira. Supaya dia gak jadi bagian dari generasi dengan tingkat literasi rendah gitu. Syukur-syukur bahkan bisa membantu posisi Indonesia jadi lebih baik di survei itu beberapa tahun ke depan nanti.

Apalagi gue dan suami sama-sama hobi baca sejak kecil. Jadi kayaknya gak rela aja gitu kalo punya anak yang gak demen baca hehehe.

Di era medsos dan gadget gini, usaha numbuhin minat baca pada anak gak segampang ngebalikin telapak tangan sih ya. Gue awali dengan membiasakan Nadira dengan buku, sejak dia belum bisa baca. Waktu itu, gue beliin tuh buku-buku dongeng bergambar yang tulisannya gede-gede. Ya tentu dia masih seneng liat liat gambar-gambarnya aja sih. Tapi lumayan untuk bikin dia terbiasa membolak-balik buku yekan.

Semakin besar, dia mulai kenalan sama majalah dan komik. Tiap bulan gue bolehkan beli 2 komik yang biasanya mah langsung selesai dalam waktu beberapa jam aja. Sekarang, dia udah mulai betah baca buku cerita tanpa gambar. Temanya tetep anak-anak sih sesuai usia. Hamdalah ya sis.

Cuma ya itu, Nadira ini kalo baca selalu hobi kenceng-kenceng, sambil membacakan bukunya untuk gue. Jadi tiap dia baca, gue harus nemenin di sampingnya dan mendengarkan dengan penuh perhatian. Meleng sedikit langsung dikomplain, hahaha… Lumayan latihan kalo nanti Ibu udah tua dan sulit baca sendiri ya Nak 🙂

Nah, ngomong-ngomong soal baca, banyak perusahaan yang mulai peduli pada tingkat literasi nasional lho. Salah satunya adalah Sinar Mas. Perusahaan ini punya sekian banyak program Corporate Social Responsibility (CSR)  yang berhubungan dengan pembangunan berkelanjutan. Di antaranya, mereka juga ikut membangun Rumah Pintar di berbagai wilayah Indonesia. Sstt.. Tahun 2011 bahkan gue pernah datangi sendiri Rumah Pintar di Morotai sana lho.

*duh maap gak sempet motret Rumah Pintar-nya. Gue cuma motret Museum Perang Dunianya aja*

Sesuai namanya, Rumah Pintar berusaha memberdayakan perempuan dan anak-anak supaya pintar dan maju. Gak hanya untuk meningkatkan literasi aja, tapi di Rumah Pintar, para ibu dan anak berkesempatan mengikuti aneka pelatihan pengembangan kapasitas SDM. Semuanya gratis! Asik banget gak sih?!

Fasilitas yang ada di Rumah Pintar pun macem-macem banget. Mulai dari Sentra Komputer, Sentra Bermain, Sentra Kriya, Sentra Anggrek, Sentra Buku, Sentra Panggung hingga Sentra Audio Visual. Masing-masing sentra dibina tutor berpengalaman di bidangnya.

Di Sentra Kriya, ibu-ibu dapet pelatihan kerajinan tangan bernilai ekonomi sehingga berkesempatan memanfaatkannya guna mendapatkan penghasilan tambahan. Sedangkan anak-anak dapat belajar sambil bermain di Sentra Buku dan Sentra Audio Visual. Supaya kapasitas bertambah, para tutor atau pendamping dapet pelatihan secara berkala juga lho. Jadi mereka bisa #TumbuhBersama dan belajar bersama juga.

Hingga kini, Sinar Mas melalui sejumlah pilar bisnisnya yaitu Asia Pulp Paper Sinar Mas, PT SMART Tbk dan BSD City mengelola hingga 29 Rumah Pintar yang tersebar di beberapa daerah. Pada tahun 2014, Rumah Pintar mengantarkan Sinar Mas mendapatkan penghargaan Anugerah Adicipta Lokatara dari pemerintah karena dinilai konsisten dalam memberdayakan masyarakat sekitar melalui pendidikan informal, berbasis komunitas. Ini menandakan bahwa komunitas adalah lingkungan terdekat dan paling efektif dalam memberdayakan masyarakat.

Seru kan? CSR-nya Sinar Mas ini sesuai banget dengan peribahasa “It takes a village to raise a child” yaitu untuk membesarkan anak, dibutuhkan dukungan dari orang-orang di komunitas tempat tinggalnya. Termasuk untuk literasi dong ya. Kalo lingkungannya gemar baca, anak-anak pasti akan termotivasi.


Gue seneng deh liat CSR yang betul-betul berdampak langsung bagi masyarakat kayak gini. Sejalan pula dengan nilai-nilai filosofi perusahaan yang didirikan 80 tahun lalu oleh Pak Eka Tjipta ini. Tahun ini adalah ultah ke- #80TahunSinarMas lho. Semoga terus memberi manfaat bagi masyarakat ya 🙂

Oh ya, untuk program-program CSR lainnya, silakan cek di web www.sinarmas.com. Menarik-menarik deh! 😉

Leave a comment