Oke, setelah semua matkul wajib dan pilihan beres, saatnya gue ngelarin tesis dan publish artikel jurnal di semester 3. Perjalanannya lumayan berat apalagi di semester ini gue tiba-tiba dapet 4 kerjaan sekaligus. Meski remote dan gak harus ngantor tiap hari, tapi tetep butuh konsentrasi, fokus, dan ada business trip ke luar kota maupun negeri secara berkala.
Nunggu jadwal sidang tesis juga lumayan bikin deg-deg ser karena ternyata yang pingin lulus semester ini banyak. Yang seangkatan sama gue sih cuma sekitar 15 orang ya. Tapi ada angkatan-angkatan sebelumnya yang belum lulus dan pingin lulus di semester ini. Total kalo gak salah ada sekitar 50 orang. Dan semester gasal itu waktunya mepet jadi semua pun serba terburu-buru.
Supaya semua yang daftar sidang bisa selesai, akhirnya prodi memutuskan untuk menggelar sidang tesis secara online via Zoom. Alhamdulillah, jadi gak perlu ribet deh. Apalagi gue tanya-tanya ke kakak tingkat, saat sidang tesis offline kita harus print tesis dan bawain konsumsi untuk para dosen penguji. Gue pun udah sempet mau order snack box ke katering langganan untuk konsumsi pas sidang. Namun, karena sidangnya online, gak perlu semua itu karena gue dan dosen berada di lokasi yang beda-beda. Sungguh rezeki anak soleh, bisa hemat sis! *tetep wkwkwk π *
H-1 sidang, gue dan Laili, temen seperdosbingan, sempet latihan dulu. Kebetulan jadwal sidang kami di hari yang sama, bergantian, dengan dosen penguji yang sama. Karena presentasi tesis cuma boleh maksimal 15 menit aja, jadi sebisa mungkin paparan kita gak perlu mendetail banget. Utamakan poin-poin pentingnya aja supaya presentasi gak kepanjangan dan bertele-tele.
Di hari H sidang, waw rasanya campursari bangeet. Gue sempet khawatir sinyal byarpet kayak pas ujian Simak UI dulu. Gue juga khawatir listrik mati. Yah pokoknya macem-macem lah.
Syukurlah semua itu gak terjadi. Gue diuji oleh 2 dosen senior dan ahli, dan dua-duanya laki-laki. Jadi gue agak khawatir gitu karena tema tesis gue kan perempuan banget ya. Gue khawatir ada hal-hal yang di-mislook oleh mereka.
Tapi yowis lah, yang penting sekarang udah selesai semua dan gak semengkhawatirkan yang gue kira. Hey, I can only hope and do the best I can do, right?
Jadi inget filosofi Stoicism yang kira-kira ngajarin kita untuk gak perlu mengkhawatirkan hal-hal di luar kendali. Jadi, lakukan segala sesuatu yang bisa dilakukan dan ada dalam kendali kita sendiri dengan sebaik mungkin. Untuk urusan gimana nanti respons dari orang lain, itu gak bisa kita kendalikan lagi. Dengan begini, kita jadi gak mudah kecewa kalo ekspektasi dan harapan gak terwujud.
Filosofi inilah yang gue berusaha jadikan panduan saat kuliah S2. Di semester 3, gue cuma bisa berusaha sebaik mungkin menulis tesis dan artikel jurnal. Waktu artikel ilmiah belum publish di jurnal, gue berusaha reach out ke editor-nya. Gue sadar, kendali gue cuma sampai proses pengiriman dan bertanya ke editornya. Urusan diterima/gak itu berada di kendali para editor jurnal yang gue pilih. Gue juga berusaha tetap semangat menyelesaikan tesis karena gue sadar, penyelesaian tesis itu ada di dalam kendali gue sendiri. Kalo gak gue kelarin, ya gue harus siap gak lulus semester ini.
Saat sidang tesis, hal serupa juga terjadi. Kendali gue cuma sampai bagian presentasi dan menjawab pertanyaan dosen penguji. Kalo ternyata respons dosen penguji terhadap tesis yang gue kerjakan siang malam itu gak seperti yang gue harapkan, ya gue gak boleh kecewa.
Anyway, kelar sidang, gue diumumkan lulus, yay, alhamdulillah!
*begitu kelar dicecar dosen penguji, baru sempet ambil hape untuk motret Zoom π *
Namun ternyata perjalanan menuju kelulusan masih panjang ya sis. Masih harus revisi tesis, trus melengkapi tanda tangan dosen pembimbing dan penguji. Mana waktu itu kepotong libur Natal dan Tahun Baru segala, jadi meni riweuh pisan lah. Plus ada drama-drama gak penting yang bikin gue berasa pingin ngurut dada Harry Styles :’)
Kelar Tahun Baru, gue harus segera melengkapi beragam persyaratan untuk yudisium. Sumpah, buanyaaakkk banget bok syarat printilannya! Gue sampe khawatir gak kelar karena so little time so much to do. Dan syarat satu sama lain saling berkaitan, jadi gue gak bisa ngurus syarat B misalnya kalo syarat A belum beres.
Sungguh hectic waktu itu, mana gue lagi banyak kerjaan pula T_T
Tapi alhamdulillah beres juga sih di minggu kedua Januari 2023. Rasanya lega bener begitu semua syarat selesai. Jadi tinggal nunggu saat wisuda tiba deh,
Untuk wisuda, gue sambung ke next post ya.
*foto selesai sidang dengan gaya ala Gen Z*
Pingback: Lulus Kuliah, Yay! (Wisuda) | The Sun is Getting High, We're Moving on